If you Want To Success Don’t Going To School, begitulah kira2 judul buku salah satu pengusaha sukses dan motivator dunia. Kalo dilihat profil para motivator dan pengusaha sukses, memang mereka semua rata2 tidak sekolah dan tidak lulus kuliah. Misal Bill Gates yang kuliahnya tidak kelar kini menjadi orang terkaya didunia.
Tung Desem Waringin juga mengatakan bahwa dulu ia seorang yang cerdas di kampus, juara dalam setiap perlombaan namun yang mengantarkan ia pada kesuksesan bukanlah pendidikan tetapi usaha yang keras dan strategi bisnis yang tepat. Bahkan ada yang berkata, “saya orang bodoh tetapi saya menggaji orang2 pintar untuk bekerja pada perusahaan saya.”
Hal ini diperburuk lagi misalnya dengan BJ Habibie yang sangat pintar tapi justru didepak oleh bangsa sendiri, baru2 ini kasus Sri Mulyani yang diakui diluar negeri sebagai menteri keuangan yang berprestasi tetapi di negara sendiri justru kena hujat. Bahkan zaman sekarang tanpa titel dan gelar tinggi pun bisa jadi Menteri bahkan Bupati atau Gubernur.
Lalu bagaimana Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup? Apakah kita berbondong2 memberhentikan anak kita untuk tidak sekolah dan menyuruh mereka untuk menjadi Enterpreuner atau pengusaha?
Lha, gimana sih saya ini kok gk konsisten katanya kemarin di postingan2 sebelumnya nyuruh jadi enterpreuner kok sekarang justru nyuruh sekolah wkwkwk… ya intinya saya hanya ingin mengingatkan bahwa untuk menjadi enterpreuner sukses perlu proses dan dari 100 hanya 1 yang bisa sukses, jadi enterpreuner sukses itu minoritas. Jadi kalo mau cari aman ya sebaiknya tingkatkan pendidikan dulu baru anda serbu peluang usaha untuk menjadi sukses.
Ada dua cerita tetapi berbeda hasilnya, mungkin ini akan sedikit memberikan anda gambaran bagaimana Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup.
Ada dua orang tua yang berbeda, anggaplah Ortu A dan Ortu B… Ortu A seorang pengusaha dan punya usaha yang lumayan cukup untuk menghidupi keluarganya. Sedangkan ortu B pengangguran dan hanya menerima upah membersihkan rumah dan kadang pinjam sana sini. Ortu A menamatkan anak pertamanya di SMK dan begitu lulus langsung dimodali untuk membuka usaha sendiri sedangkan usahanya tetap ia jalankan untuk menghidupi anak2nya yang lain.
Ternyata sang anak yang baru tamat sekolah tersebut juga perlu banyak belajar untuk membuka usaha, pasang surut dan persaingan usaha yang ketat membuat ia harus bertarung untuk bertahan. Akibatnya berkali2 ia membuka usaha yang berbeda2 dan rata2 belum sempat balik modal sudah harus kandas dulu. Karena dukungan kuat sang ortu, maka ia terus mendapatkan modal dan terus belajar membuka usaha.
Beda halnya dengan ortu B yang hanya seorang pekerja serabutan, ia berusaha menyekolahkan anak2nya hingga jenjang kuliah meski tak tahu mau jadi apa nantinya. Akhirnya sang anak berhasil selesai kuliah dengan gelar Diploma Ekonomi, beruntung pada saat yang sama telah dibuka lowongan untuk PNS Departemen Keuangan. Tanpa hambatan yang berarti ia pun mulus lulus menjadi PNS dan bekerja di pemerintahan. Karena belum menikah, ia pun bertugas membiayai adik2nya untuk selesai sekolah dan bahkan menguliahkannya.
Seiring dengan waktu anak ortu B ini semakin baik taraf hidupnya dan ia pun mencoba untuk membuka usaha dari tabungan bonus dan tunjangan diluar gajinya dan menggaji orang untuk menjalankan usahanya. Karena ia mempunyai ilmu bidang Ekonomi tentunya ia banyak tahu tentang ilmu perdagangan dan ekonomi, ditambah lagi ia juga menerima orderan dari kantornya sendiri… usahanyapun lancar meski pelan tapi pasti.
"Dari dua contoh diatas dapat dilihat bahwa tidak selamanya pengusaha itu selalu sukses besar bila tidak didukung dengan modal dan jaringan yang kuat. Dan ini juga bukti bahwa pendidikan itu penting, jadi walaupun anda seorang petani, tukang sayur, tukang bakso, pembantu RT, tetapi anak anda harus sekolah dan bila perlu setinggi2nya.
Tung Desem Waringin juga mengatakan bahwa dulu ia seorang yang cerdas di kampus, juara dalam setiap perlombaan namun yang mengantarkan ia pada kesuksesan bukanlah pendidikan tetapi usaha yang keras dan strategi bisnis yang tepat. Bahkan ada yang berkata, “saya orang bodoh tetapi saya menggaji orang2 pintar untuk bekerja pada perusahaan saya.”
Hal ini diperburuk lagi misalnya dengan BJ Habibie yang sangat pintar tapi justru didepak oleh bangsa sendiri, baru2 ini kasus Sri Mulyani yang diakui diluar negeri sebagai menteri keuangan yang berprestasi tetapi di negara sendiri justru kena hujat. Bahkan zaman sekarang tanpa titel dan gelar tinggi pun bisa jadi Menteri bahkan Bupati atau Gubernur.
Lalu bagaimana Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup? Apakah kita berbondong2 memberhentikan anak kita untuk tidak sekolah dan menyuruh mereka untuk menjadi Enterpreuner atau pengusaha?
Lha, gimana sih saya ini kok gk konsisten katanya kemarin di postingan2 sebelumnya nyuruh jadi enterpreuner kok sekarang justru nyuruh sekolah wkwkwk… ya intinya saya hanya ingin mengingatkan bahwa untuk menjadi enterpreuner sukses perlu proses dan dari 100 hanya 1 yang bisa sukses, jadi enterpreuner sukses itu minoritas. Jadi kalo mau cari aman ya sebaiknya tingkatkan pendidikan dulu baru anda serbu peluang usaha untuk menjadi sukses.
Ada dua cerita tetapi berbeda hasilnya, mungkin ini akan sedikit memberikan anda gambaran bagaimana Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup.
Ada dua orang tua yang berbeda, anggaplah Ortu A dan Ortu B… Ortu A seorang pengusaha dan punya usaha yang lumayan cukup untuk menghidupi keluarganya. Sedangkan ortu B pengangguran dan hanya menerima upah membersihkan rumah dan kadang pinjam sana sini. Ortu A menamatkan anak pertamanya di SMK dan begitu lulus langsung dimodali untuk membuka usaha sendiri sedangkan usahanya tetap ia jalankan untuk menghidupi anak2nya yang lain.
Ternyata sang anak yang baru tamat sekolah tersebut juga perlu banyak belajar untuk membuka usaha, pasang surut dan persaingan usaha yang ketat membuat ia harus bertarung untuk bertahan. Akibatnya berkali2 ia membuka usaha yang berbeda2 dan rata2 belum sempat balik modal sudah harus kandas dulu. Karena dukungan kuat sang ortu, maka ia terus mendapatkan modal dan terus belajar membuka usaha.
Beda halnya dengan ortu B yang hanya seorang pekerja serabutan, ia berusaha menyekolahkan anak2nya hingga jenjang kuliah meski tak tahu mau jadi apa nantinya. Akhirnya sang anak berhasil selesai kuliah dengan gelar Diploma Ekonomi, beruntung pada saat yang sama telah dibuka lowongan untuk PNS Departemen Keuangan. Tanpa hambatan yang berarti ia pun mulus lulus menjadi PNS dan bekerja di pemerintahan. Karena belum menikah, ia pun bertugas membiayai adik2nya untuk selesai sekolah dan bahkan menguliahkannya.
Seiring dengan waktu anak ortu B ini semakin baik taraf hidupnya dan ia pun mencoba untuk membuka usaha dari tabungan bonus dan tunjangan diluar gajinya dan menggaji orang untuk menjalankan usahanya. Karena ia mempunyai ilmu bidang Ekonomi tentunya ia banyak tahu tentang ilmu perdagangan dan ekonomi, ditambah lagi ia juga menerima orderan dari kantornya sendiri… usahanyapun lancar meski pelan tapi pasti.
"Dari dua contoh diatas dapat dilihat bahwa tidak selamanya pengusaha itu selalu sukses besar bila tidak didukung dengan modal dan jaringan yang kuat. Dan ini juga bukti bahwa pendidikan itu penting, jadi walaupun anda seorang petani, tukang sayur, tukang bakso, pembantu RT, tetapi anak anda harus sekolah dan bila perlu setinggi2nya.
EmoticonEmoticon